Kamis, 12 Mei 2016

Biografi Chairul Tanjung.

           


            Kali ini saya akan mengangkat sedikit mengenai biografi chairul tanjung. Mengapa saya memilih beliau? Karena beliau merupakan sosok yang menjadi inspirasi bisnis bagi pengusaha-pengusaha dan merupakan kebanggaan bangsa Indonesia. Banyak yang dapat diambil sebuah pelajaran dari kehidupan beliau, dengan semangat, keteguhan, konsisten dan selalu berkomitmen, membuat sosok Chairul Tanjung menjadi sukses seperti yang telah kita ketahui sekarang.
            Dikutip dari laman Wikipedia, Beliau lahir dijakarta pada tanggal 16 juni 1962. Chairul Tanjung lahir dari pasangan Abdul Ghafar Tanjung dan Halimah. Ayahnya adalah seorang wartawan pada orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil. Sedangkan ibunya merupakan seorang ibu rumah tangga. Chairul berada dalam keluarga bersama enam saudara lainya. Ketika Orde Baru, usaha ayahnya dipaksa tutup karena berseberangan secara politik dengan penguasa saat itu. Keadaan ini memaksa orang tuanya menjual rumah dan mereka tinggal di kamar losmen yang sempit.
            Setelah lulus dari SMA, Chairul masuk Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (lulus 1987). Ketika kuliah inilah ia mulai masuk dunia bisnis. Demi memenuhi kebutuhan kuliahnya, ia berjualan buku kuliah stensilan, kaos, dan foto kopi di kampus. Chairul juga pernah mendirikan sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di bilangan Senen, Jakarta Pusat, namun bangkrut. Selepas kuliah, Chairul mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama tiga rekannya pada 1987. Bermodal awal Rp 150 juta dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor Keberuntungan berpihak padanya, karena perusahaan tersebut langsung mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu dari Italia. Akan tetapi karena perbedaan visi tentang ekspansi usaha, Chairul memilih pisah dan mendirikan usaha sendiri.
            Chairul memiliki prinsip dalam membangun bisnis, mengembangkan jaringan adalah penting. Selain itu memiliki rekanan yang baik sangat diperlukan. Membangun relasi pun bukan hanya kepada perusahaan yang sudah ternama, tetapi juga pada yang belum terkenal sekalipun. Bagi Chairul, pertemanan yang baik akan membantu proses berkembangnya bisnis yang dikerjakan. Ketika bisnis pada kondisi tidak bagus (baca: sepi pelanggan) maka jejaring bisa diandalkan. Bagi Chairul, bahkan berteman dengan petugas pengantar surat pun adalah penting. Dalam hal investasi, Chairul memiliki idealisme bahwa perusahaan lokalpun bisa menjadi perusahaan yang bisa bersinergi dengan perusahaan-perusahaan multinasional. Ia tidak menutup diri untuk bekerja sama dengan perusahaan multinasional dari luar negeri. Baginya ini bukan upaya menjual negara. Akan tetapi ini merupakan upaya perusahaan nasional agar bisa berdiri sendiri dan jadi tuan rumah di negeri sendiri.
Menurutnya modal memang penting dalam membangun dan mengembangkan bisnis. Namun kemauan dan kerja keras, merupakan hal paling pokok yang harus dimiliki seseorang yang ingin sukses. Baginya mendapatkan mitra kerja yang handal adalah segalanya. Dimana membangun kepercayaan sama halnya dengan membangun integritas. Di sinilah pentingnya berjejaring dalam menjalankan bisnis.
Dalam bisnis, Chairul menyatakan bahwa generasi muda sudah seharusnya sabar, dan mau menapaki tangga usaha satu persatu. Menurutnya membangun sebuah bisnis tidak seperti membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan sebuah kesabaran, dan tak pernah menyerah. Jangan sampai banyak yang mengambil jalan seketika, karena dalam dunia usaha kesabaran adalah salah satu kunci utama dalam mencuri hati pasar. Membangun integritas adalah penting bagi Chairul. Adalah manusiawi ketika berusaha, seseorang ingin segera mendapatkan hasilnya. Namun tidak semua hasil bisa diterima secara langsung.
Berkat prinsipnya itu, pada tanggal 1 Desember 2011, Chairul Tanjung meresmikan perubahan Para Grup menjadi CT Corp. CT Corp terdiri dari tiga perusahaan sub holding: Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources yang meliputi layanan finansial, media, ritel, gaya hidup, hiburan, dan sumber daya alam. Dan didaulatkan sebagai orang terkaya nomor 375 dunia dengan total kekayaan mencapai USD 2,1 miliar di tahun 2014.
Itulah sedikit kutipan biografi dari seorang Chairu Tanjung yang dapat saya tuliskan. Kurang lebihnya mohon dimaafkan.



Daftar Pustaka



NOMOFOBIA.

       Fobia.

            Fobia (gangguan anxietas fobik) adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap fobia sulit dimengerti. Dalam keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek Fobia, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu keadaan di mana mental seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya.
            Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan emosi (mental blocks) dikemudian harinya. Hal tersebut dikarenakan orang tersebut tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Setiap kali orang tersebut berinteraksi dengan sumber Fobia secara otomatis akan merasa cemas dan agar "nyaman" maka cara yang paling mudah dan cepat adalah dengan cara "mundur kembali"/regresi kepada keadaan fiksasi. Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi negatif yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi). Pola respon negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek subjek fobia lainnya dan intensitasnya semakin meningkat. Walaupun terlihat sepele, “pola” respon tersebut akan dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu sebabnya seseorang penderita fobia menjadi semakin rentan dan semakin tidak produktif. Fobia merupakan salah satu dari jenis jenis hambatan sukses lainnya.
            Pada pembahasan kali ini saya membahas tentang fobia akan tidak memiliki atau tidak menggengam telepon selular.

Nomofobia.            



Di zaman yang sangat modern ini, siapasih yang tidak memiliki telepon selular? Hampir seluruh orang didunia ini tentu memiliki telepon seluler. Menurut penelitian, sekitar 85% dari penduduk dnuia pasti memiliki telepon seluler. Seiring dengan perkembangan zaman dan kecanggihan IT, telepon seluler sudah ada beragam jenis. Dengan kecagihan fitur dan aplikasi yang ada, membuat telepon seluler sangat diminati oleh banyak orang hingga membuat sebuah tren masa kini yang disebut dengan ‘tidak-ada ponsel fobia’.Bahasa ilmiah dari fobia ini adalah nomofobia. Ini diambil dari bahasa inggris yaitu ‘no-mobile-phone phobia’ atau yang dalam bahasa indonesia berarti ‘tidak-ada posel’. Saya hanya akan membahas sedikit tentang artikel ini karena memang belum banyak referensi tentangnya.
Nomophobia adalah adalah suatu sindrom ketakutan jika tidak mempunyai telepon genggam (atau akses ke telepon genggam). Istilah ini pertama kali muncul dalam suatu penelitian tahun 2010 di Britania Raya oleh YouGov yang meneliti tentang kegelisahan yang dialami di antara 2.163 pengguna telepon genggam. Studi tersebut menemukan bahwa 58% pria dan 47% wanita pengguna telepon genggam yang disurvei cenderung merasa tidak nyaman ketika mereka kehilangan telepon genggam, kehabisan baterai atau pulsa, atau berada di luar jaringan, dan 9% selebihnya merasa stres ketika telepon genggam mereka mati. Separuh di antara mereka mengatakan bahwa mereka gelisah karena tidak dapat berhubungan dengan teman atau keluarga mereka jika mereka tidak menggunakan telepon genggam mereka. Kebanyakan orang nomophobia ini hampir tidak pernah mematikan telepon mereka, dan selalu membawa ponsel mereka kemana-mana. Mereka juga selalu memeriksa telepon mereka sebanyak 35 kali atau lebih dalam seharinya. Studi membandingkan tingkat stres yang disebabkan oleh kasus nomofobia ternyata setara dengan orang-orang yang gelisah dengan hari pernikahannya dan orang-orang yang gelisah ketika dating kedokter gigi.
Sebuah survei yang dilakukan oleh SecurEnvoy menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja lebih mungkin untuk terkena nomophobia. Survei yang sama melaporkan bahwa 77% dari remaja memiliki kecemasan dan kekhawatiran jika mereka tidak menggengm ponsel mereka, diikuti oleh kelompok usia 25-34 dan di atas 55 tahun.
            Tentu saja hal ini sangat tidak bagus jika terus dibiasakan. Banyak sekali dampak dampak buruk yang akan terjadi. Manusia akan semakin tidak peduli dengan keadaan sekitar karena mereka terlalu focus dengan telepon selular tersebut. Hal ini akan menjadi kebiasaan dan akan menghasilkan generasi masa depan yang acuh tak acuh. Mereka juga akan saling jarang berkomunikasi secara langsung dan akan mengandalkan telepon selular terus menerus. Para siswa pun akan terus mengalami penurunan nilai akademik merekanbaik di sekolah maupun dikampus. Dikarenakan kecanduan atau rasa kegelisahan mereka karena tidak memegang telepon selular. Angka kecelakaan akibat telepon seluler ini juga lumayan. Banyak lagi dampak yang diakibatkan oleh fobia ini.

Pengobatan dari fobia ini bias dilakukan dengan cara yang mudah. Yaitu dengan mengatur penggunaan ponsel terhadap anak-anak hingga remaja agar tidak terlalu sering menggunakannya. Dengan membiasakannya sedari kecil, maka mereka juga akan terbiasa untuk tidak selalu memegang ponsel. Karena, kecanduan ponsel ini merupakan kecanduan non-drug yang bisa sangat fatal.
Sekian dulu informasi mengenai nomophobia, kurang lebihnya mohon dimaafkan.




Daftar Pustaka.

https://en.wikipedia.org/wiki/Nomophobia
https://id.wikipedia.org/wiki/Nomofobia