Fobia.
Fobia (gangguan
anxietas fobik) adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu
hal atau fenomena. Fobia bisa dikatakan dapat
menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan
takut seorang pengidap fobia sulit dimengerti. Dalam keadaan normal setiap
orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan tetapi bila seseorang
terpapar terus menerus dengan subjek Fobia, hal tersebut berpotensi menyebabkan
terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu
keadaan di mana mental seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh
ketidak-mampuan orang yang bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya.
Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi
akan memiliki kesulitan emosi (mental blocks) dikemudian harinya. Hal tersebut
dikarenakan orang tersebut tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis)
yang tepat. Setiap kali orang tersebut berinteraksi dengan sumber Fobia secara
otomatis akan merasa cemas dan agar "nyaman" maka cara yang paling
mudah dan cepat adalah dengan cara "mundur kembali"/regresi kepada
keadaan fiksasi. Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi
menimbulkan akumulasi emosi negatif yang secara terus menerus ditekan kembali
ke bawah sadar (represi). Pola respon negatif tersebut dapat berkembang
terhadap subjek subjek fobia lainnya dan intensitasnya semakin meningkat.
Walaupun terlihat sepele, “pola” respon tersebut akan dipakai terus menerus
untuk merespon masalah lainnya. Itu sebabnya seseorang penderita fobia menjadi
semakin rentan dan semakin tidak produktif. Fobia merupakan salah satu dari
jenis jenis hambatan sukses lainnya.
Pada pembahasan kali ini saya membahas tentang fobia akan tidak memiliki
atau tidak menggengam telepon selular.
Nomofobia.
Di zaman yang sangat modern ini, siapasih yang tidak memiliki telepon selular? Hampir seluruh orang didunia ini tentu memiliki telepon seluler. Menurut penelitian, sekitar 85% dari penduduk dnuia pasti memiliki telepon seluler. Seiring dengan perkembangan zaman dan kecanggihan IT, telepon seluler sudah ada beragam jenis. Dengan kecagihan fitur dan aplikasi yang ada, membuat telepon seluler sangat diminati oleh banyak orang hingga membuat sebuah tren masa kini yang disebut dengan ‘tidak-ada ponsel fobia’.Bahasa ilmiah dari fobia ini adalah nomofobia. Ini diambil dari bahasa inggris yaitu ‘no-mobile-phone phobia’ atau yang dalam bahasa indonesia berarti ‘tidak-ada posel’. Saya hanya akan membahas sedikit tentang artikel ini karena memang belum banyak referensi tentangnya.
Nomophobia adalah adalah suatu sindrom ketakutan jika tidak mempunyai telepon genggam (atau akses ke telepon genggam). Istilah ini pertama kali muncul dalam suatu penelitian tahun 2010 di Britania Raya oleh YouGov yang meneliti tentang kegelisahan yang dialami di antara 2.163 pengguna telepon genggam. Studi tersebut menemukan bahwa 58% pria dan 47% wanita pengguna telepon genggam yang disurvei cenderung merasa tidak nyaman ketika mereka kehilangan telepon genggam, kehabisan baterai atau pulsa, atau berada di luar jaringan, dan 9% selebihnya merasa stres ketika telepon genggam mereka mati. Separuh di antara mereka mengatakan bahwa mereka gelisah karena tidak dapat berhubungan dengan teman atau keluarga mereka jika mereka tidak menggunakan telepon genggam mereka. Kebanyakan orang nomophobia ini hampir tidak pernah mematikan telepon mereka, dan selalu membawa ponsel mereka kemana-mana. Mereka juga selalu memeriksa telepon mereka sebanyak 35 kali atau lebih dalam seharinya. Studi membandingkan tingkat stres yang disebabkan oleh kasus nomofobia ternyata setara dengan orang-orang yang gelisah dengan hari pernikahannya dan orang-orang yang gelisah ketika dating kedokter gigi.
Sebuah survei yang dilakukan oleh SecurEnvoy menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja lebih mungkin untuk terkena nomophobia. Survei yang sama melaporkan bahwa 77% dari remaja memiliki kecemasan dan kekhawatiran jika mereka tidak menggengm ponsel mereka, diikuti oleh kelompok usia 25-34 dan di atas 55 tahun.
Tentu
saja hal ini sangat tidak bagus jika terus dibiasakan. Banyak sekali dampak
dampak buruk yang akan terjadi. Manusia akan semakin tidak peduli dengan
keadaan sekitar karena mereka terlalu focus dengan telepon selular tersebut.
Hal ini akan menjadi kebiasaan dan akan menghasilkan generasi masa depan yang
acuh tak acuh. Mereka juga akan saling jarang berkomunikasi secara langsung dan
akan mengandalkan telepon selular terus menerus. Para siswa pun akan terus
mengalami penurunan nilai akademik merekanbaik di sekolah maupun dikampus.
Dikarenakan kecanduan atau rasa kegelisahan mereka karena tidak memegang
telepon selular. Angka kecelakaan akibat telepon seluler ini juga lumayan.
Banyak lagi dampak yang diakibatkan oleh fobia ini.
Pengobatan dari fobia ini bias dilakukan dengan cara yang mudah. Yaitu dengan mengatur penggunaan ponsel terhadap anak-anak hingga remaja agar tidak terlalu sering menggunakannya. Dengan membiasakannya sedari kecil, maka mereka juga akan terbiasa untuk tidak selalu memegang ponsel. Karena, kecanduan ponsel ini merupakan kecanduan non-drug yang bisa sangat fatal.
Sekian dulu informasi mengenai nomophobia, kurang lebihnya mohon dimaafkan.
Daftar Pustaka.
https://en.wikipedia.org/wiki/Nomophobia
https://id.wikipedia.org/wiki/Nomofobia
Nomofobia.
Di zaman yang sangat modern ini, siapasih yang tidak memiliki telepon selular? Hampir seluruh orang didunia ini tentu memiliki telepon seluler. Menurut penelitian, sekitar 85% dari penduduk dnuia pasti memiliki telepon seluler. Seiring dengan perkembangan zaman dan kecanggihan IT, telepon seluler sudah ada beragam jenis. Dengan kecagihan fitur dan aplikasi yang ada, membuat telepon seluler sangat diminati oleh banyak orang hingga membuat sebuah tren masa kini yang disebut dengan ‘tidak-ada ponsel fobia’.Bahasa ilmiah dari fobia ini adalah nomofobia. Ini diambil dari bahasa inggris yaitu ‘no-mobile-phone phobia’ atau yang dalam bahasa indonesia berarti ‘tidak-ada posel’. Saya hanya akan membahas sedikit tentang artikel ini karena memang belum banyak referensi tentangnya.
Nomophobia adalah adalah suatu sindrom ketakutan jika tidak mempunyai telepon genggam (atau akses ke telepon genggam). Istilah ini pertama kali muncul dalam suatu penelitian tahun 2010 di Britania Raya oleh YouGov yang meneliti tentang kegelisahan yang dialami di antara 2.163 pengguna telepon genggam. Studi tersebut menemukan bahwa 58% pria dan 47% wanita pengguna telepon genggam yang disurvei cenderung merasa tidak nyaman ketika mereka kehilangan telepon genggam, kehabisan baterai atau pulsa, atau berada di luar jaringan, dan 9% selebihnya merasa stres ketika telepon genggam mereka mati. Separuh di antara mereka mengatakan bahwa mereka gelisah karena tidak dapat berhubungan dengan teman atau keluarga mereka jika mereka tidak menggunakan telepon genggam mereka. Kebanyakan orang nomophobia ini hampir tidak pernah mematikan telepon mereka, dan selalu membawa ponsel mereka kemana-mana. Mereka juga selalu memeriksa telepon mereka sebanyak 35 kali atau lebih dalam seharinya. Studi membandingkan tingkat stres yang disebabkan oleh kasus nomofobia ternyata setara dengan orang-orang yang gelisah dengan hari pernikahannya dan orang-orang yang gelisah ketika dating kedokter gigi.
Sebuah survei yang dilakukan oleh SecurEnvoy menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja lebih mungkin untuk terkena nomophobia. Survei yang sama melaporkan bahwa 77% dari remaja memiliki kecemasan dan kekhawatiran jika mereka tidak menggengm ponsel mereka, diikuti oleh kelompok usia 25-34 dan di atas 55 tahun.
Pengobatan dari fobia ini bias dilakukan dengan cara yang mudah. Yaitu dengan mengatur penggunaan ponsel terhadap anak-anak hingga remaja agar tidak terlalu sering menggunakannya. Dengan membiasakannya sedari kecil, maka mereka juga akan terbiasa untuk tidak selalu memegang ponsel. Karena, kecanduan ponsel ini merupakan kecanduan non-drug yang bisa sangat fatal.
Sekian dulu informasi mengenai nomophobia, kurang lebihnya mohon dimaafkan.
Daftar Pustaka.
https://en.wikipedia.org/wiki/Nomophobia
https://id.wikipedia.org/wiki/Nomofobia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar