Senin, 09 Oktober 2017

Pendeteksi Bakat untuk Anak Lewat Sidik Jari



                Ketika masih kecil, tentu kita sering berandai tentang akan menjadi apa kita kelak. Tidak jarang juga pertanyaan “kamu cita-citanya mau jadi apa?”, dilontarkan orang-orang tua kepada anak kecil. Anak kecil yang belum memiliki pengalaman pun pasti rata-rata akan menjawab dengan jawaban monoton seperti ingin menjadi dokter, polisi, ataupun penyanyi. Mereka yang menjawab dengan jawaban itu pun belum tentu memiliki keahlian di bidang tersebut. Bahkan, tidak sedikit orang tua yang mendorong anaknya untuk menjadi seperti apa yang orang tuanya inginkan. Sekalipun anak itu tidak memiliki minat atau bakat ke bidang yang ditekuninya. Memang, jaman sekarang sekolah-sekolah mulai memfasilitasi ekstrakulikuler (ekskul) yang baeragam untuk diikuti anak didiknya. Namun apakah untuk mengetahui bakat dan minat, anak-anak harus mengikutin satu per satu ekskul yang tersedia. Tentu itu akan sangat menguras waktu dan tenaga anak, anak bisa jadi jenuh karena banayaknya aktifitas yang harus dijalani terus menerus.
                Kebingungan para orang tua untuk mengetahui bakat sang anak kini sudah teratasi. Dijaman yang serba canggih ini sudah ada alat pendeteksi bakat lewat sidik jari. Sidik jari adalah sesuatu yang unik, setiap manusia di dunia memiliki sidik jari yang berbeda beda. Potensi dan bakat terpendam anak kini bisa dideteksi hanya melalui pemindaian sidik jari. Teknik itu bisa membaca kelebihan dan kekurangan anak serta solusinya dengan tingkat akurasi 95 persen. Setiap anak memiliki keunikan, bakat, dan kelebihan masing-masing sejak dilahirkan ke dunia. Kebanyakan orang tua tentu saja ingin mengetahui potensi bawaan dan bakat terpendam anaknya agar mereka bisa menentukan metode pendidikan yang sesuai bagi sang anak.
                Menurut Jason Teo, Chief Operating Officer (COO) Brain Child Leaming(BCL),teknologj dmnaro-glyphics (teknologi memindai 10 jari manusia) dapat dipakai untuk membuktikan seberapa besar kapasitas yang dimiliki anak sejak lahir, mengetahui potensi bawaan, serta bakat terpendam anak. Teknologi tersebut, lanjut Jason, mulanya dikembangkan di Harvard University, Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat (AS).
                Selanjutnya BCL mengembangkan teknologi dermatoglyphics selama 15 tahun untuk disesuaikan dengan kebutuhan tes bagi anak-anak di Asia. Dilihat dari cara kerjanya, teknologi yang berupa perangkat lunak itu menghitung jumlah garis dalam sidik jari manusia. Setelah itu, software akan mengukur derajat antara pertemuan garis dan pusat pada motif garis di jari. Seusai pengukuran, perangkat lunak tersebut akan menganalisis karakter seseorang berdasarkan jenis sidik jari. Secara umum, jenis sidik jari manusia ada empat macam, yaitu whorl (W), ulnar loop (U), radial loop (R), dan arch (A). Orang dengan jenis sidik jari whorl biasanya memiliki karakter independen, kompetitif, keras kepala, dan proaktif. Karakter orang yang memiliki jenis sidik jari ulnar loop biasanya emosional, memiliki kemampuan adaptasi yang cepat, serta mudah berinteraksi. Orang yang memiliki jenis sidik jari radial loop biasanya cenderung egois dan memiliki pemikiran terbalik. Adapun karakter orang yang memiliki jenis sidik jari arch cenderung praktis, realistis, efisien, tetapi konservatif.
Berikut merupakan gambaran akan seperti apa hasil tes yang akan keluar:



                Memang, hal-hal seperti ini tidak bisa dijadikan tujuan yang pasti untuk pencarian bakat anak. Namun, tidak ada salahnya mencoba, para orang tua tetap akan terbantu untuk memilihkan ekskul bagi sang anak. Dalam hal ini pun peran orang tua tidak kalah penting untuk terus membantu mengarahkan bakat sang anak.





Daftar Pustaka